Jeremy Lin mungkin nama yang sudah tidak asing lagi bagi mereka penikmat scene DOTA 2. Meski merupakan pemain basket professional, dirinya ternyata kerap pula bermain DOTA 2 dengan adiknya. Hingga akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menjelajahi panggung profesional DOTA 2 bersama Vici Gaming. Dia pun kemudian tertarik untuk membuat tim sendiri, sampai terbentuknya VGJ.Storm.
Melalui website Quartz , Jeremy Lin menceritakan kisah serta pandangannya tentang industri eSports yang sering kali dibanding-bandingkan dengan dunia pro olahraga konvensional. Penasaran? Yuk , mari kita simak bersama kisahnya!
Pandangan umumnya sebagai sosok yang berkecimpung dalam dua bidang tersebut, Jeremy Lin menuturkan bahwa tidak lama lagi gamer profesional bakal " bertanding " dengan atlet pro lainnya, tidak hanya secara virtual atau IRL stadium sebagai panggungnya, namun juga dalam segi bisnis serta hiburan.
Pada tahun 2004, saat Jeremy masih mengenyam bangku sekolah, dia sering melihat adiknya bermain Defense of the Ancients (DotA). Awalnya dia hanya menertawakan sang adik, namun setelah beberapa minggu banyak rekomendasi untuk memainkan game tersebut. Dia pun kemudian mencoba bermain DOTA 2 beberapa kali dalam seminggu, baik di rumah, dalam perjalanan, bahkan hotel, terutama setelah game yang berat di lapangan.
Dunia game secara global sudah meningkat pesat dari saat itu, seakan memiliki kehidupan sendiri. Venue pertandingan dipenuhi para fans yang bersemangat mendukung tim favorit mereka. Banyak player datang dari beragam penjuru dunia untuk berkompetisi, dan bentuk dukungan sponsor yang membangun bisnis dari mereka.
Perbandingan awalnya, Fortnite berani sediakan prize pool hingga 100 juta USD untuk season 2018-2019. Sementara di NBA, rata-rata player dapat menghasilkan 7,4 juta USD setahun, dan hanya 15 pemain yang bisa berpenghasilan lebih dari 25 juta USD satu musim. Jika dibandingkan dengan prize pool DOTA 2 TI tahun ini, yang melebihi angka 25 juta USD, nominal hadiah eSports masih sangat besar.
Pembatas untuk masuk ke dalam dunia eSports juga lebih " tipis " dibanding dengan pro sports. Kamu tidak perlu batasan-batasan seperti yang ditemui para pemain basket pada umumnya, mulai dari mencari sembilan orang yang memiliki skill sama denganmu hingga menunggu matahari terbit untuk bermain, dan berhenti ketika tenggelam.
Esports bisa dinikmati oleh semua orang. Hal yang kamu perlukan hanyalah koneksi internet yang bagus agar bisa bermain. Mobile gaming, juga telah mengubah bagaimana kemudahan akses dalam bermain game. Kamu tidak lagi perlu membeli konsol yang mahal, namun beberapa game-game populer sudah tersedia di dalam ponselmu.
Karena eSports saat ini bersifat global, kamu akan dengan mudah menemukan beragam jenis orang-orang dari budaya dan negara lain. Ini dapat membantumu untuk berinteraksi dengan orang-orang lain. Turnamen game membawa orang-orang dari seluruh dunia bersatu, di mana professional sports hanya melakukannya saat Olimpiade atau Kejuaraan Dunia.