Axe Support? Pahami Meta 'Ngaco' di ESL One Hamburg

Billy Rifki
10/25/2018 10:33 WIB
Axe Support? Pahami Meta 'Ngaco' di ESL One Hamburg

Gelaran ESL One Hamburg yang tengah bergulir sejak tanggal 23 Oktober 2018 hingga tanggal 28 Oktober nanti, sejauh ini cukup menghibur. Aksi-aksi berkelas dari 12 tim DOTA 2 terbaik mampu gemerlapkan keheningan malam, bila kamu menontonnya di waktu Indonesia tentunya.

Namun, ada hal yang cukup unik di turnamen satu ini, menyangkut meta dan pemilihan hero yang kalau dilihat sepintas, NGACO !! Iya, bagaimana bisa pemain-pemain paling berpengalaman dengan trofi gelar dan prestasi bejibun memilih komposisi hero yang melintir dari kepatutan. Eits , itu dia yang mesti kamu pahami mengapa pemain pro dapat menentukan hero di luar tradisi namun tetap menang.

MMR yang pada minimalis pahami baik-baik yah , kenapa tiap hero di DOTA 2 itu bisa jadi apa saja kalau kamu membedah dan mengulik gaya permainannya. Kita beri segelintir analisa hero ngaco seperti apa yang rajin di- pick sejauh ini di ajang ESL One Hamburg, serta role apa saja yang mereka mainkan.

Axe ( dan Teman Setipe ) Support?

Fenomena Axe support cukup mengagetkan banyak pemirsa DOTA 2 nasional. Maklum, kebanyakan toxic tapi tidak pernah belajar ( oops! ). Bila kamu rajin melihat pertandingan ranked yang ada di fitur DOTA 2, maka kamu akan menemui berbagai permainan aneh dari para medal Immortal. Bukan berarti mereka pemain yang tidak paham tatanan wajib bermain DOTA 2, tapi sebagai pemain berskill tinggi harus siap uji batas kemampuan. Bukan cuma mengikuti tren meta yang paling lazim saat ini, tapi menciptakan meta!

Itulah yang membuat gamer sejati menjadi seorang profesional, dan kita layaknya para pemain casual lain hanya bisa mengikuti terus menurut pada meta yang diperagakan oleh tim pro. Kembali ke Axe support, penampilannya cukup banyak di turnamen ESL One Hamburg. Namun merunut sejarahnya, sejak kembalinya EternalEnvy ke Amerika Utara, dia bisa dibilang menjadi sosok yang mempelopori penggunaan Axe sebagai support. EE kerap bereksperimen dalam ranked match -nya, dan Axe jadi salah satu andalannya.

Namun penggunaan lebih uzur sudah dilakukan Secret sejak 2 tahun lalu, tepatnya ada Open Qualifiers The International 2016 . Kala itu, Team Secret masih diperkuat EE-sama, selain tentunya sang kapten Puppey. Kemungkinan fenomena Axe support sudah terjadi lebih lama namun riwayat yang paling mudah terekam adalah pertandingan tersebut.

Lalu apakah Axe mampu lakoni peran support? Yup , dengan cukup fenomenal malah. Puppey dan EE-sama tidak berduaan saja menerapkan meta nyeleneh ini. Kapten Virtus.pro, Solo , juga ikutan memakai Axe sebagai posisi lima, dan hasilnya? Dia mendapatkan Rampage !